Pages

Monday, September 22, 2014

EPISTIMOLOGI REALISME TENTANG PENDIDIKAN


A. PENDAHULUAN
Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif.

Dalam sejarah filsafat pendidikan telah melahirkan  berbagai pandangan atau aliran. Salah satu aliran pendidikan tersebut adalah aliran “realisme”.Realisme sekarang ini menerima dunia kesungguhan di luar kesadaran. Realitas yang diberikan tidak melalui pengetahuan langsung melainkan yang adanya diketahui dari pengalaman.

Dalam kegiatan pendidikan akan muncul masalah yang lebih luas, kompleks, dan mendalam serta tidak terbatas oleh pengalaman indrawi maupun fakta-fakta sehingga tidak dapat dijangkau oleh ilmu pendidikan Masalah-masalah tersebut antara lain adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup manusia. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan suatu fakta, namun pembahasannya tidak dapat dikaji hanya dengan menggunakan pendekatan sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam melalui filsafat.

B.PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN REALISME
Istilah realisme berasal dari Bahasa Latin ”realis” yang berarti ”sungguh-sungguh, nyata benar”. Realisme adalah filsafat yang menganggap bahwa terdapat satu dunia eksternal nyata yang dapat dikenali. Karena itu, realisme berpandangan bahwa objek persepsi indrawi dan pengertian sungguh-sungguh ada, terlepas dari indra dan budi yang menangkapnya karena objek itu memang dapat diselidiki, dianalisis, dipelajari lewat ilmu, dan ditemukan hakikatnya lewat ilmu filsafat
Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada benda-benda atau dia melihat terpengeruh oleh keadaan sekelilingnnya. Namun, mereka paham ada benda yang dianggap mempunyai wujud tersendiri, ada benda yang tetap kendati diamati[1].
Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada yang ditangkap pancaindra dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada.
Contohnya:
1.      Batu yang tersandung di jalan yang baru dialami memang ada.
2.      Bunga mawar yang bau harumnya merangsang hidung sungguh-sungguh nyata ada bertengger pada ranting pohonnya di taman bunga.
3.      Kucing yang dilihat mencuri lauk di atas meja makan betul-betul ada dan hidup dalam rumah keluarga itu.

2.Filsafat Pendidikan Realism

Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realism berbeda dengan materialisme dan idealism yang bersifat monistis. Realism berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri dari dunia fisik dan rohani. Realism membagi relitas menjadi dua bagian,yaitu subjek yang menyadari realita di luar manusia,yang dapat di jadikan objek pengetahuan manusia.
Realism merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Klener membagi realism menjadi dua (2) bentuk, yaitu {1}realism rasional dan {2}realism naturalis.
1)      Realism rasional
Realism rasional dapat di definisikan pada dua aliran yaitu {1}.realisme klasik{2}realism regilius. Bentuk utama realism religious ialah ‘’scholastisisme’’. Realism klasik ialah filsafat yunani yang pertama dikembangkan oleh Aristoteles, sedangkan realism religious, terutama scholastisisme oleh Thomas aquina, dengan menggunakan filsafat aristoteles dalam membahas teologi greja. Thomas aquina menciptakan filsafat baru dalam agama Kristen, yang disebut tomisme,pada sa’at greja di kuasai oleh neoplatontisme,pada sa’at greja di kuasai oleh neoplatonisme yang dipelopori oleh Plotinus.
Realism klasik maupun relisme religious menyutujui bahwa dunia materi adalah nyata, dan berada di luar pikiran (ide) yang mengamatinya. Tetapi sebalikny,tomisme  berpandangan bahwa materi dan jiwa diciptakan oleh tuhan, dan tuhan lebih penting daripada materi karena tuhan adalah materi yang sempurna. Tomisme juga mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu paduan/kesatuan materi dan rohani, dimana badan dan roh menjadi satu. Manusia bebas dan bertanggung jawab untuk bertindak, namun manusia juga abadi lahir ke dunia untuk mencintai dan mengasihi pencipta karena itu nmanusia mencari kebahagia’an abadi.
3.Sejarah Realisme

Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh yang  bersifat
 dualistis yaitu hal fisik dan rohani, dalam pendidikan ada subjekyang mengetahui tentang manusia dan alam. Kajian yang mendalam mengenai realisme ini lebih cenderung kepada politik, namun beberapa subjek membahas mengenai pendidikan.
Realisme pendidikan dipelopori oleh beberapa orang filosuf diantaranya David Hume, John Stuart Mill.
 Mereka membagi aliran ini menjadi tiga  bagian yaitu:
1.      Materialisme: prinsip filsafat yang berhubungan dengan materi.
2.      idealisme   : prinsip filsafat yang berhubungan dengan ruh.
3.      realisme     :prinsip filsafat yang memadukan aliran materialisme dengan idealisme.

Di samping realisme pendidikan, realisme membagi subjek pengetahunannya diantaranya realisme sebagai gerakan kebudayaan dan realisme dalam seni rupa.
4.Bentuk-Bentuk Realisme
1). Realisme Ekstrem Atau Primitif
         Realisme ekstrem, yang berpendapat bahwa abstraksi itu ada sebagai entitas riil dalam dimensi lain realitas dan bahwa konkret yang kita persepsi hanyalah merupakan cerminan yang tidak sempurna, namun konkret tersebut menyebabkan timbulnya abstraksi dalam pikiran kita.
Mazhab realisme ekstrem, pada hakikatnya, berusaha untuk memelihara keunggulan eksistensi (realitas) dengan melepaskan kesadaran yaitu dengan memasukan konsep ke dalam yang ada konkret dan mereduksi kesadaran pada tingkat perseptual, yaitu pada fungsi otomatis pemahaman persep (dengan sarana adikodrati, karena persep seperti itu tidak ada).
Kelemahan realisme ekstrem adalah ada pengalaman universal kekeliruan menilai persepsi; tidak ada penjelasan mengenai objek khayalan/halusinasi; semua persepsi tergantung konteks visual.
2). Realisme Akal Sehat
Pada awalnya, realisme akal sehat tampaknya memperlunak masalah-masalah realisme ekstrem, tetapi menghindari kepalsuan yang segera dirasakan orang dengan adanya dualisme dan idealisme. Realisme akal sehat sepakat dengan realisme ekstrem atau primitif bahwa obyek-obyek fisik tidak bergantung pada pikiran atau berada di luar pikiran, walaupun obyek-obyek itu secara langsung dan seketika dapat diobservasi oleh pikiran. Hal yang membedakan dua pandangan ini adalah pemahaman realisme akal sehat tentang obyek yang tidak nyata, yang khayalan atau yang merupakan halusinasi. Persepsi semacam ini bersifat subyektif, dan obyek-obyeknya seluruhnya terdapat di dalam pikiran.
Realisme akal sehat memiliki kelebihan dalam mengatasi kritik kedua yang diajukan terhadap realisme ekstrem atau primitif. Menurut realisme akal sehat, obyek yang khalayan tidak berdiri sendiri dan berada di luar pikiran, tetapi dalam beberapa hal merupakan produk pikiran.
5.Konsep-Konsep Pendidikan Realisme
Berdasarkan aliran realisme, maka tujuan pendidikan akan dirumusakan sebagai upaya pengembangan potensi-potensi yang ada dan dimiliki oleh peserta didik untuk menjadi seoptimal mungkin. Menurut Realisme, yang dimaksud dengan hakikat kenyataan itu berada pada ”hal” atau ”benda”. Jadi, bukan sesuatu yang terlepas atau dilepaskan dari pemiliknya. Oleh karena itu, wajar bila yang menjadi perhatian pertama dalam pendidikan adalah apa yang ada pada peserta didik[2].

1)      Tujuan Pendidikan
Tujuan-tujuan pendidikan dalam aliran realisme adalah dapat menyesuaikan diri secara tapat dalam hidup dan dapat melaksanakan tang jawab sosial.

2)   Prinsip-Prinsip Pendidikan Realisme
1. Belajar pada dasarnya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya.
2. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak.
3. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek mater yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh guru. Secara luas lingkungan materiil dan sosial, manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.

3)      Isi Pendidikan atau Kurikulum
a.Kurikulum komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna bagi penyesuaian diri dalam idup dan tanggung jawab sosial.
b.Kurikulum berisi unsure-unsur pendidikan liberal/pendidikan umum untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja.
c.Semua kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung.
d.Metode mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap atau berurutan.
e.Pembiasaan merupakan sebuah metode pokok yang dipergunakan baik oleh kalangan penganut realisme maupun behaviorisme.

4)      Peranan  Peserta Didik dan Pendidik
a. Dalam hubungannya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah penguasaan pengetahuan adalah yang dapat berubah-ubah.
b.Dalam hubungannya dengan disiplin, tata cara  yang baik sangat penting adalam belajar. Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebajikan.
c. Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, keterampilan teknik-teknik pendidikan dengan kewenagan  untuk mencapai hasil pendidikan yang dibebankan padanya.

6.Filosof-Filosof Filsafat Pendidikan Realisme
Adapun filosof-filosof filsafat pendidikan realisme  adalah:
1.      Aristoteles
2.      Johan Amos Comenius
3.      Wiliam Mc Gucken
4.      Francis Bacon
5.      John Locke
6.      Galileo
7.      David Hume
8.      John Stuart Mill.
7.Kesesuaian Filsafat Pendidikan Realisme Dengan Pendidikan Nasional Dan Regional Di Indonesia.
            Seperti halnya tujuan pendidikan dalam konsep realisme yaitu dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup dan melaksanakan tanggung jawab sosial, sama halnya dengan salah satu tujuan pendidikan nasional di Indonesia  yang menuntut objek pendidikan berfungsi sosial dalam masyarakat.
Filsafat pendidikan realisme juga memberikan arahan dalam pengembangan kemampuan berfikir, dan pendidikan praktis untuk kepentingan kerja. Namun pendidikan nasional yang menuntut keseimbangan antara teori dan praktik pembelajaran tidak hanya membutuhkan pengalaman semata dalam kegiatan belajar. Jadi tidak semua konse-konsep pendidikan filsafat realisme dapat diaktualisasikan dalam pendidikan nasional.
            Selanjutnya, dilihat dari  perkembangan pendidikan regional di Indonesia, konsep pendidikan filsafat realisme mempunyai kesesuaian yang dapat  menjadi acuan untuk kegiatan pendidikan seperti kurikulum yang bisa disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing dengan penambahan materi pembelajaran seperti muatan lokal, yang berkaitan dengan metode pendidikan pembiasaan pada aliran realisme.

C. PENUTUP

Realisme menetapkan bahwa kita langsung berhubungan dengan suatu dunia yang berada di luar, bersifat materiil, dan mandiri. Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
Teori realisme mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan menurut relisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.
Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang hanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, serta yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Contohnya, fakta menunjukkan, suatu meja tetap sebagaimana adanya, kendati tidak ada orang di dalam ruangan itu yang menangkapnya. Jadi meja itu tidak tergantung kepada gagasan kita mengenainya, tetapi tergantung pada meja tersebut.
 
D.DAFTAR PUSTAKA

1. Salam,Burhanuddin.2002.Pengantar Pedagogik.Jakarta:Rineka Cipta.
2. Hardjana A. Mangun, 1997 Isme-Isme dalam Etika A-Z.Yogyakarta:Kanisius.
3. Geisler Norman L dan Paul D.2002.einberg.Filsafat Dari Perspektif Kristiani.Malang:       Gandum Mas.
4. Rand, Ayn.2003.Pengantar Epistemologi Objektif.Yogyakarta: Bentang Budaya.
5.Barnadib,Imam.2002 Filsafat Pendidikan.Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
6. Bakhtiar,Amsal.2004.Filsafat Ilmu.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
7. Hasta.Apa Itu yang Dinamakan Ilmu Filsafat.Jakarta:Mitra.
8. Poedjawijadna.Pembimbing Kearah Filsafat.Jakarta:Rineka Cipta.
9. Http//www.aliran filsafat pendidikan realisme.com


[1]Prof.Dr.Amsal Bakhtiar,Filsafat Ilmu,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2004),hal:94
[2] Prof. Imam Barnadib, M.A., Ph.D., Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 2002), hal. 15

No comments:

Post a Comment