A. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM
Sebelum
membahas pendidikan Islam terlebih dahulu penulis sedikit menguraikan apa arti
pendidikan itu sendiri. Istilah pendidikan dalam konteks Islam lebih banyak
dikenal dengan term At-Tarbiyah, At-Ta’lim, At-Ta’dib,
dimana term tersebut mempunyai makna yang berbeda. Dari ketiga istilah tersebut
telah banyak menimbulkan perdebatan diantara para ahli mengenai istilah mana
yang paling tepat untuk menunjuk kegiatan “pendidikan”.
Dalam
bukunya Abu Tauhid yang berjudul “Beberapa Aspek Pendidikan Islam” memberikan
pemahaman tentang ketiga istilah di atas yaitu : kata At-Ta’lim yang
lebih tepat ditujukan untuk istilah “pengajaran” yang hanya terbatas pada
kegiatan menyampaikan atau memasukkan ilmu pengetahuan ke otak seseorang. Jadi lebih
sempit dari istilah “pendidikan” yang dimaksud, dengan kata lain At-Ta’lim
hanya sebagai bagian dari pendidikan. Dan kata At-Ta’dib lebih tepat
ditujukan untuk istilah “pendidikan ahlak” semata, jadi sasarannya hanyalah
pada hati dan tingkah laku (budi pekerti.) sedangkan kata At-Tarbiyah
mempunyai pengertian yang lebih luas dari At-Ta’lim dan At-Ta’dib
bahkan mencakup kedua istilah tersebut.[1]
Untuk
itu ditijau dari segi asal bahasanya, sebagaimana diutarakan Abdur Rahman
An-Nahlawi, kata At-Tarbiyah memiliki tiga asal yaitu :
a. Kata At-Tarbiyah berasal dari kata رَبَا
يَرْبُوْ Yang
mempunyai arti زَادَ وَنَمَا (bertambah dan tumbuh )
b. Kata At-Tarbiyah berasal dari kata رَبِيَ-
يَرْبَي
yang mempunyai arti تَرَعْرَعَ نَشَأَ
وَ
( tumbuh dan berkembang menjadi dewasa )
c. Kata At-Tarbiyah berasal dari kata ر ب – ير ب yang mempunyai
arti اَصْلَحَهُ: وَتَوَلَّى اَمْرَهُ : وَسَاسَهُ وَقَامَ عَلَيْهِ
وَرَعَاهُ (
memperbaiki, mengurusnya, memimpinnya dan mengawasi serta menjaganya.)[2]
Dari pengertian di atas istilah At-Tarbiyah mengandung berbagai kegiatan
yang berupa menumbuhkan, mengembangkan, memperbaiki, mengurus, maupun mengawasi
serta menjaga anak didik. Dengan berbagai kegiatan ini maka potensi-potensi
yang ada dalam diri anak didik akan mengalami perkembangan ke arah kemajuan.
Sedangkan pengertian
pendidikan secara terminologi telah banyak para pakar yang mencoba
merumuskannya berdasarkan hasil ijtihad sehingga tak mengherankan jika sampai
saat ini banyak definisi pendidikan Islam yang masing-masing mengandung
persamaan dan perbedaan. Berikut ini dikemukkan tiga definisi pendidikan Islam
yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli diantaranya :
1.
Sayid Sabiq, merumuskan bahwa pendidikan Islam ialah mempersiapkan anak baik dari
segi jasmani, segi akal, dan segi rohaniyah sehingga dia menjadi anggota
masyarakat yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi umatnya.
2.
Athiyah Al-Abrasy, menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan individu agar ia
dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.
3.
Anwar Jundi, mengatakan pendidikan Islam yaitu menumbuhkan manusia dengan
pertumbuhan yang terus menerus sejak ia lahir sampai ia meninggal dunia.[3]
Dari ketiga definisi di atas mengandung perbedaan, yaitu terletak pada
penekanannya, sehingga ketiganya dapat saling melengkapi. Dan apabila ketiga
definisi itu dipadukan maka akan tersusun sebuah rumusan pendidikan Islam yang
lebih sempurna dan lebih lengkap. Adapun rumusan pendidikan Islam yaitu suatu
usaha untuk menyiapkan anak atau individu dan menumbuhkannya baik dari sisi
jasmani, akal fikiran dan rohaninya dengan pertumbuhan yang terus menerus agar
ia dapat hidup dan berpenghidupan sempurna dan ia dapat menjadi anggota
masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya.
Jadi pendidikan Islam merupakan pengembangan potensi yang dimiliki anak
sesuai dengan bakat dan minatnya, disamping itu pendidikan harus mempunyai
tujuan yang jelas yang hendak dicapai dan aspek pengembangan akal pikiran
sehingga potensi dasar anak dikembangkan secara leluasa, sehingga kemampuan
yang dimiliki anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan
jasmani dan rohani sehingga menjadi manusia yang berguna.
H..M Arifin berpendapat bahwa pendidikan Islam merupakan bimbingan
terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah
mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya ajaran
semua Islam.[4]
Pengertian di atas jelas bahwa pendidikan Islam berupaya menanamkan takwa
dan ahlak kepada anak didik agar membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi
pekerti luhur menurut ajaran Islam.
Prof. Dr. Muhammad Athiyah Al-Abrosy menyatakan bahwa prinsip umum
pendidikan Islam adalah mengembangkan berfikir bebas dan mandiri serta
demokratis dengan memperhatikan kecenderungan peserta didik secara individu
yang menyangkut aspek kecerdasan akal, dan bakat dengan dititik beratkan pada pengembangan ahlak.[5]
Pengertian pendidikan Islam di atas berupaya mengembangkan anak sesuai
dengan akal dan bakat dengan bimbingan dan dengan dorongan yang dititik
beratkan pada pengembangan ahlak.
Sedangkan menurut Muhammad Fadil Al-Jamaly pendidikan Islam adalah upaya
mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia lebih maju berlandaskan
nilai-nilia yang tinggi dan kehidupan yang mulia sehingga terbentuk pribadi
yang sempurna baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan.[6]
Pengertian di atas menjelaskan bahwa pendidikan Islam berupaya
mengembangkan potensi manusia baik dari sisi kognitif, afektif maupun
psikomotorik sebagai satu kesatuan yang utuh dengan berlandaskan nilai-nilai
Islam sehingga diharapkan manusia bisa menghadapi masa depan yang akan dihadapi
dengan kemampuan yang telah dimiliki.
Berbagai pengertian di atas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli.
Namun memiliki kesamaan yang mendasar sehingga dapat disimpulkan bahwa
pendidikan Islam adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa
untuk mengarahkan, membimbing dan mengembangkan seluruh potensi anak didik agar
berkembang lebih maju demi tercapainya pribadi yang dewasa, mandiri da lebih
sempurna dengan berlandaskan nilai-nilai yang bersumber dari Al-Quran dan Sunah
untuk mencapai kebahagiaan yang akan datang.
B. Dasar dan tujuan Pendidikan Islam
1.
Dasar Pendidikan Islam
Dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam harus merupakan sumber nilai
kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan pada aktivitas yang
dicita-citakan. Nilai yang terkandung harus mencerminkan nilai yang universal
yang dapat dikonsumsikan untuk seluruh aspek kehidupan manusia serta merupakan
standar nilai yang dapat mengevaluasi kegiatan selama ini berjalan.[7]
Dasar pendidikan Islam pada garis besarnya ada dua yaitu Al-Quran dan
As-Sunah yang dapat dikembangkan dengan ijtihad.[8]
Dr. Said Ismail berpendapat bahwa dasar ideal pendidikan Islam terdiri
atas enam macam yaitu ; (1) Al-Quran, (2) Sunah Nabi, (3) Kata-kata sahabat,
(4) Kemasyarakatan umat (sosial), (5) Nilai-nilai dan adat kebiasaan masyarakat
dan (6) Hasil pemikiran para pemikir Islam.[9]
Menurut Prof. Hasan Langgulung dasar operasional pendidikan terbagi
menjadi enam macam :
1.
Dasar historis, yaitu dasar yang
memberikan persiapan kepada anak didik dengan hasil-hasil pengalaman masa lalu,
undang-undang dan peraturannya, batas-batas dan kekurangannya.
2.
Dasar sosial, yaitu dasar yang
memberikan kerangka budaya pendidikannya itu bertolak dan bergerak seperti
memindah budaya, memilih dan mengembangkannya.
3.
Dasar ekonomi, yaitu dasra yang
memberi perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan materi dan
persiapan yang mengatur sumber-sumbernya dan tanggung jawabnya terhadap
pembelanjaan.
4.
Dasar politik dan administrasi,
yaitu dasar yang memberi bingkai ideologi dasar yang digunakan sebagai tempat
bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah
dibuat.
5.
Dasar psikologis, yaitu dasar
yang memberi informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru cara-cara
terbaik dalam praktek pencapaian dan penilaian dan pengukuran secara bimbingan.
6.
dasar filosofis, yaitu dasar yang
memberi kemampua memilih yang terbaik memberi arah suatu sistem, mengontrol dan
memberi arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.[10]
Dasar- dasar pendidikan di atas menjadikan pendidikan Islam tetap
mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik, dan dasar ini pula yang menjadi
salah satu acuan dalam penentuan tujuan pendidikan Islam.
2.
Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan merupakan salah satu faktor yang harus selalu ada dalam setiap
aktifitas pendidikan, termasuk pendidikan Islam, disamping itu tujuan juga
merupakan pedoman bagi suatu kegiatan yang akan dikerjakannya. Dengan tujuan
yang jelas kegiatan pendidikan akan efektif dan efisien dan akan terfokus
dengan apa yang kita citi-citakan. Hal di atas menunjukkan pentingnya tujuan
pendidikan Islam.
Adapun akan
penulis paparkan berbagai rumusan
tujuan pendidikan Islam :
Menurut
DR. Moh. Fadhil Al-Jamaly tujuan
pendidikan Islam ialah menenemkan kesadaran dalam diri manusia terhadap dirinya
sendiri selaku hamba Allah, dan kesadaran selaku anggota masyarakat yang harus
memiliki rasa tanggung jawab sosial terhadap pembinaan masyarakatnya serta
menanamkan kemampuan manusia untuk mengelola, memanfaatkan alam sekitar ciptaan
Allah bagi kepentingan kesejahteraan manusia dan kegiatan ibadahnya kepada
khalik pencipta alam itu sendiri.[11]
M. Fadhil Al-Jamaly dalam
merumuskan tujuan pendidikan Islam di atas menggambarkan bahwa pendidikan Islam
berusaha mengembangkan potensi yang ada pada manusia, hal ini terlihat dengan
mengajak manusia mengenal dan mempelajari lingkungan baik dirinya, masyarakat
maupun alam sehingga diperlukan kemampuan agar dapat mengelola dan menguasainya
untuk mencapai kebahagiaan hidup dengan maksud beribadah kepada Allah SWT.
Sedangkan menurut hasil
rumusan konferensi dunia pertama tentang pendidikan Islam yang diadakan di
Makkah tahun 1977 : “ Penididikan seharusnya mencapai pertumbuhan yang seimbang
dalam kepribadian manusia secara total melalui latihan semangat, intelek,
rasional diri, perasaan dan kepekaan rasa tubuh. Karena itu, pendidikan
seharusnya memberikan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya
secara spiritual, intelektual, imajinatif, fisikal, ilmiah, linguistik baik secara
individual maupun secara kolektif disamping memotivasi semua aspek tersebut ke
arah kebaikan dan kesempurnaan.[12]
Rumusan
di atas menggambarkan bahwa tujuan pendidikan Islam berusaha menumbuhkan
berbagai aspek yang ada pada manusia dengan potensi yang dimiliki agar mencapai
pertumbuhan yang seimbang dan sempurna.
Ali
Ashraf menawarkan tujuan pendidikan Islam dengan terwujudnya penyerahan mutlak
kepada Allah SWT pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada
umumnya.
Sedangkan tujuan khusus pendidikan
Islam menurut Ali Ashraf adalah :
1.
Mengembangkan wawasan spiritual
yang semakin mendalam, serta mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam
dalam konteks kehidupan modern.
2.
Membekali anak muda dengan
berbagai pengetahuan dan kebajikan baik pengetahuan praktis, kekuasaan,
kesejahteraan, lingkungan sosial dan pembangunan nasional.
3.
Mengembangkan kemampuan pada diri
anak didik untuk menghargai dan membenarkan superioritas komparatif kebudayaan
dan peradaban Islami di atas semua kebudayaan lain.
4.
Memperbaiki dorongan emosi
melalui pengalaman imajinatif sehingga kemampuan kretif dapat berkembang dan
berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah.
5.
Membantu anak yang sedang tumbuh
dan belajar berfikir secara logis dan membimbing proses pemikiran dengan
berpijak pada hipoteses dan konsep-konsep tentanag pengetahuan yang dituntut.
6.
Mengembangkan wawasan relational
dan lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih
kebiasaan yang baik.
7.
Mengembangkan, menghaluskan dan memperdalam
kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa lisan.[13]
Dari tujuan yang ditawarkan Ali Ashraf di atas pendidikan Islam tidak
lain bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada dalam diri si
anak didik baik spiritual, emosi, komunikasi, kecerdasan, sosial dan
kepercayaan dirinya sehingga terwujud penyerahan mutlak pada Allah SWT.
Jadi tujuan pendidikan dari berbagai rumusan di atas bahwa potensi
kecerdasan merupakan kemampuan yang perlu diperhatikan disamping kemampuan yang
lain. Oleh karena itu dibutuhkan suatu langkah dan strategi yang melibatkan
banyak faktor.
C. Faktor-faktor Pendidikan Islam
Pencapaian tujuan
pendidikan Islam dibutuhkan suatu langkah dan strategi yang melibatkan banyak
faktor. Dimana faktor ini merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat
terpisahkan dalam suatu sistem pendidikan Islam. Faktor-faktor pendidikan itu
berupa tujuan, pendidik, anak didik, lingkungan dan faktor alat.
Penulis berpendapat
bahwayang termasuk faktor-faktor pendidikan Islam tidak berbeda dengan faktor
secara umum, karena yang membedakan antara pendidikan Islam dan pendidikan
secara umum hanyalah terletak pada sumber-sumber yang mendasarinya. Sebagaimana
Sutari Imam Barnadib dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis” menetapkan
faktor-faktor dalam lima
macam, yaitu :
a. Faktor
Tujuan
Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai dan sekaligus merupakan pedoman yang memberi arah bagi segala
aktivitas yang dilaksanakan. Tujuan bisa menjadi motivasi yaitu pendorong dalam
suatu proses yang menjadi terget tercapainya akan sesuatu.
b. Faktor
Pendidik
Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap
perkembangan seluruh potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik.[14]
Pendidik
yang penulis maksud sesuai dengan penegasan istilah didepan yaitu orangtua.
Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawabpendidikan,
karena orangtualah yang mengetahui karakteristik anak sejak usia awal.
c. Faktor
Anak Didik
Anak didik ialah seorang anak yang selalu mengalami perkembangan sejak
terciptanya sampai meninggal dan mengalami perubahan-perubahan yang terjadi
secara wajar.[15]
Anak yang penulis maksud adalah usia 6-12 tahun, pada masa ini anak sudah
bersosialisasi dengan lingkungan. Pada masa ini orang tua perlu memperhatikan
pendidikannya yang akan mempengaruhi di masa yang akan datang.
d. Faktor
Alat
Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang secara langsung membantu
terlaksananya tujuan pendidikan. Alat pendidikan dapat berujud benda konkrit
dan non konkrit. Benda konkrit seperti buku, papan tulis, dan lain-lain,
sedangkan non konkrit seperti nasehat, hukuman dan sebagainya
e. Faktor
Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar anak didik baik
berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa yangterjadi maupun kondisi masyarakat
terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada anak yaitu lingkungan
dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan dimana anak-anak bergaul
sehari-harinya.
Beberapa ahli membagi lingkungan menjadi tida bagian yaitu lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini merupakan satu kesatuan
yang tak boleh dipisahkan, hal ini karena ketiganya berpengaruh terhadap
perkembangan anak didik menuju ke arah kedewasaan jasmani dan rohani.
Pengaruh lingkungan terhadap anak didik dapat positip dapat pula negatif.
Positif apabila dapat memberikan dorongan terhadap keberhasilan proses pendidikan, sedangkan pengaruh
negatif apabila lingkungan menghambat keberhasilan proses keberhasilan.
Sekian terima kasih semoga bermanfaat….. amiiin
[1]Abu Tauhid dan Mangun Budianto,beberapa Aspek Pendidikan Islam,
(yogyakarta : Sekretaris Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga,
1990) hal.8
[2] Ibid., Hal. 9
[3] Ibid., hal.11-12
[4] H.M Arifin, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991)
hal. 41
[5] Athiyah Al-abrasy, Dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa,
Prof. H. Bustami, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970) hal. 165
[6] Muhammad Fadhil Al-Jamaly, Filsafat Pendidikan Dalam Al-Qur’an,
(Surabaya: Bina Ilmu 1986) hal. 3
[7] Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung
: Trigenda Karya, 1993 ) Hal. 144
[8] Zakiah darajat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara,
1992) hal. 19
[9] Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran TentangPendidikan Islam,
(Bandung: Al-Ma’arif, 1995) hal.35
[10] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta:
PustakaAl-husna, 1988) hal. 9-12
[11] H.M Arifin Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara,
1993 ) hal. 133
[12] Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam (Jakarta : Firdaus,
1989 ) Hal. 25
[13] Ibid., hal. 130-133
[14] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,1992) hal. 74-75
[15] Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis,
(Yogyakarta: Andi Offset, 1995) hal. 79.
No comments:
Post a Comment