A. PENDAHULUAN
Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan,
khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab
oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan
memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara
komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan.
Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat
pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan
serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya konstruksi filosofis
yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan
substantif.
Dalam sejarah filsafat pendidikan telah melahirkan berbagai pandangan atau aliran. Salah satu
aliran pendidikan tersebut adalah aliran “realisme”.Realisme sekarang ini
menerima dunia kesungguhan di luar kesadaran. Realitas yang diberikan tidak
melalui pengetahuan langsung melainkan yang adanya diketahui dari pengalaman.
Dalam kegiatan pendidikan akan muncul masalah yang lebih
luas, kompleks, dan mendalam serta tidak terbatas oleh pengalaman indrawi
maupun fakta-fakta sehingga tidak dapat dijangkau oleh ilmu pendidikan
Masalah-masalah tersebut antara lain adalah tujuan pendidikan yang bersumber
dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup manusia. Nilai dan
tujuan hidup memang merupakan suatu fakta, namun pembahasannya tidak dapat dikaji
hanya dengan menggunakan pendekatan sains, melainkan diperlukan suatu
perenungan yang lebih mendalam melalui filsafat.
B.PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN REALISME
Istilah realisme berasal
dari Bahasa Latin ”realis” yang berarti ”sungguh-sungguh, nyata benar”.
Realisme adalah filsafat yang menganggap bahwa terdapat satu dunia eksternal
nyata yang dapat dikenali. Karena itu, realisme berpandangan bahwa objek
persepsi indrawi dan pengertian sungguh-sungguh ada, terlepas dari indra dan
budi yang menangkapnya karena objek itu memang dapat diselidiki, dianalisis,
dipelajari lewat ilmu, dan ditemukan hakikatnya lewat ilmu filsafat
Para penganut realisme
mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada benda-benda atau dia melihat
terpengeruh oleh keadaan sekelilingnnya. Namun, mereka paham ada benda yang
dianggap mempunyai wujud tersendiri, ada benda yang tetap kendati diamati[1].
Sebagai aliran filsafat,
realisme berpendirian bahwa yang ada yang ditangkap pancaindra dan yang
konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada.
Contohnya:
1.
Batu yang
tersandung di jalan yang baru dialami memang ada.
2.
Bunga
mawar yang bau harumnya merangsang hidung sungguh-sungguh nyata ada bertengger
pada ranting pohonnya di taman bunga.
3.
Kucing
yang dilihat mencuri lauk di atas meja makan betul-betul ada dan hidup dalam
rumah keluarga itu.
2.Filsafat Pendidikan Realism
Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis. Realism berbeda dengan materialisme dan idealism yang bersifat
monistis. Realism berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri dari dunia
fisik dan rohani. Realism membagi relitas menjadi dua bagian,yaitu subjek yang
menyadari realita di luar manusia,yang dapat di jadikan objek pengetahuan
manusia.
Realism merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk.
Klener membagi realism menjadi dua (2) bentuk, yaitu {1}realism rasional dan
{2}realism naturalis.
1) Realism
rasional
Realism rasional dapat di definisikan pada dua
aliran yaitu {1}.realisme klasik{2}realism regilius. Bentuk utama realism
religious ialah ‘’scholastisisme’’. Realism klasik ialah filsafat yunani yang
pertama dikembangkan oleh Aristoteles, sedangkan realism religious, terutama
scholastisisme oleh Thomas aquina, dengan menggunakan filsafat aristoteles
dalam membahas teologi greja. Thomas aquina menciptakan filsafat baru dalam
agama Kristen, yang disebut tomisme,pada sa’at greja di kuasai oleh
neoplatontisme,pada sa’at greja di kuasai oleh neoplatonisme yang dipelopori
oleh Plotinus.
Realism klasik maupun relisme religious
menyutujui bahwa dunia materi adalah nyata, dan berada di luar pikiran (ide)
yang mengamatinya. Tetapi sebalikny,tomisme
berpandangan bahwa materi dan jiwa diciptakan oleh tuhan, dan tuhan
lebih penting daripada materi karena tuhan adalah materi yang sempurna. Tomisme
juga mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu paduan/kesatuan materi dan
rohani, dimana badan dan roh menjadi satu. Manusia bebas dan bertanggung jawab
untuk bertindak, namun manusia juga abadi lahir ke dunia untuk mencintai dan
mengasihi pencipta karena itu nmanusia mencari kebahagia’an abadi.
3.Sejarah Realisme
Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat
realitas adalah fisik dan ruh yang
bersifat
dualistis yaitu hal fisik dan
rohani, dalam pendidikan ada subjekyang mengetahui tentang manusia dan alam.
Kajian yang mendalam mengenai realisme ini lebih cenderung kepada politik,
namun beberapa subjek membahas mengenai pendidikan.
Realisme pendidikan dipelopori oleh beberapa orang filosuf
diantaranya David Hume, John Stuart Mill.
Mereka membagi aliran ini menjadi tiga bagian yaitu:
1. Materialisme:
prinsip filsafat yang berhubungan dengan materi.
2. idealisme : prinsip filsafat yang berhubungan dengan
ruh.
3. realisme :prinsip filsafat yang memadukan aliran materialisme dengan idealisme.
Di samping realisme pendidikan, realisme membagi subjek
pengetahunannya diantaranya realisme sebagai gerakan kebudayaan dan realisme
dalam seni rupa.
4.Bentuk-Bentuk Realisme
1). Realisme Ekstrem Atau Primitif
Realisme ekstrem, yang berpendapat bahwa abstraksi itu ada
sebagai entitas riil dalam dimensi lain realitas dan bahwa konkret yang kita
persepsi hanyalah merupakan cerminan yang tidak sempurna, namun konkret
tersebut menyebabkan timbulnya abstraksi dalam pikiran kita.
Mazhab
realisme ekstrem, pada hakikatnya, berusaha untuk memelihara keunggulan
eksistensi (realitas) dengan melepaskan kesadaran yaitu dengan memasukan konsep
ke dalam yang ada konkret dan mereduksi kesadaran pada tingkat perseptual,
yaitu pada fungsi otomatis pemahaman persep (dengan sarana adikodrati, karena
persep seperti itu tidak ada).
Kelemahan
realisme ekstrem adalah ada pengalaman universal kekeliruan menilai persepsi;
tidak ada penjelasan mengenai objek khayalan/halusinasi; semua persepsi
tergantung konteks visual.
2). Realisme Akal Sehat
Pada awalnya, realisme
akal sehat tampaknya memperlunak masalah-masalah realisme ekstrem, tetapi
menghindari kepalsuan yang segera dirasakan orang dengan adanya dualisme dan
idealisme. Realisme akal sehat sepakat dengan realisme ekstrem atau primitif
bahwa obyek-obyek fisik tidak bergantung pada pikiran atau berada di luar
pikiran, walaupun obyek-obyek itu secara langsung dan seketika dapat
diobservasi oleh pikiran. Hal yang membedakan dua pandangan ini adalah
pemahaman realisme akal sehat tentang obyek yang tidak nyata, yang khayalan
atau yang merupakan halusinasi. Persepsi semacam ini bersifat subyektif, dan
obyek-obyeknya seluruhnya terdapat di dalam pikiran.
Realisme akal sehat
memiliki kelebihan dalam mengatasi kritik kedua yang diajukan terhadap realisme
ekstrem atau primitif. Menurut realisme akal sehat, obyek yang khalayan tidak
berdiri sendiri dan berada di luar pikiran, tetapi dalam beberapa hal merupakan
produk pikiran.
5.Konsep-Konsep Pendidikan
Realisme
Berdasarkan aliran realisme, maka tujuan pendidikan akan
dirumusakan sebagai upaya pengembangan potensi-potensi yang ada dan dimiliki
oleh peserta didik untuk menjadi seoptimal mungkin. Menurut Realisme, yang
dimaksud dengan hakikat kenyataan itu berada pada ”hal” atau ”benda”. Jadi,
bukan sesuatu yang terlepas atau dilepaskan dari pemiliknya. Oleh karena itu,
wajar bila yang menjadi perhatian pertama dalam pendidikan adalah apa yang ada
pada peserta didik[2].
1)
Tujuan Pendidikan
Tujuan-tujuan pendidikan dalam aliran
realisme adalah dapat menyesuaikan diri secara tapat dalam hidup dan dapat
melaksanakan tang jawab sosial.
2) Prinsip-Prinsip
Pendidikan Realisme
1. Belajar pada dasarnya mengutamakan perhatian
pada peserta didik seperti apa adanya.
2. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan
pada pendidik bukan pada anak.
3. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi
dari subjek mater yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasikan dan
direncanakan dengan pasti oleh guru. Secara luas lingkungan materiil dan
sosial, manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.
3)
Isi Pendidikan atau Kurikulum
a.Kurikulum komprehensif yang berisi
semua pengetahuan yang berguna bagi penyesuaian diri dalam idup dan tanggung
jawab sosial.
b.Kurikulum
berisi unsure-unsur pendidikan liberal/pendidikan umum untuk mengembangkan
kemampuan berfikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja.
c.Semua
kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung.
d.Metode
mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap atau berurutan.
e.Pembiasaan
merupakan sebuah metode pokok yang dipergunakan baik oleh kalangan penganut
realisme maupun behaviorisme.
4)
Peranan Peserta Didik dan Pendidik
a. Dalam
hubungannya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah penguasaan
pengetahuan adalah yang dapat berubah-ubah.
b.Dalam
hubungannya dengan disiplin, tata cara
yang baik sangat penting adalam belajar. Peserta didik perlu mempunyai
disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebajikan.
c. Peranan
pendidik adalah menguasai pengetahuan, keterampilan teknik-teknik pendidikan
dengan kewenagan untuk mencapai hasil
pendidikan yang dibebankan padanya.
6.Filosof-Filosof
Filsafat Pendidikan Realisme
Adapun filosof-filosof filsafat
pendidikan realisme adalah:
1.
Aristoteles
2.
Johan Amos
Comenius
3.
Wiliam Mc
Gucken
4.
Francis
Bacon
5.
John Locke
6.
Galileo
7.
David Hume
8.
John
Stuart Mill.
7.Kesesuaian Filsafat
Pendidikan Realisme Dengan Pendidikan Nasional Dan Regional Di Indonesia.
Seperti halnya tujuan
pendidikan dalam konsep realisme yaitu dapat menyesuaikan diri secara tepat
dalam hidup dan melaksanakan tanggung jawab sosial, sama halnya dengan salah
satu tujuan pendidikan nasional di Indonesia
yang menuntut objek pendidikan berfungsi sosial dalam masyarakat.
Filsafat pendidikan realisme juga memberikan arahan
dalam pengembangan kemampuan berfikir, dan pendidikan praktis untuk kepentingan
kerja. Namun pendidikan nasional yang menuntut keseimbangan antara teori dan
praktik pembelajaran tidak hanya membutuhkan pengalaman semata dalam kegiatan
belajar. Jadi tidak semua konse-konsep pendidikan filsafat realisme dapat
diaktualisasikan dalam pendidikan nasional.
Selanjutnya,
dilihat dari perkembangan pendidikan
regional di Indonesia, konsep pendidikan filsafat realisme mempunyai kesesuaian
yang dapat menjadi acuan untuk kegiatan
pendidikan seperti kurikulum yang bisa disesuaikan dengan potensi daerah
masing-masing dengan penambahan materi pembelajaran seperti muatan lokal, yang
berkaitan dengan metode pendidikan pembiasaan pada aliran realisme.
C. PENUTUP
Realisme menetapkan bahwa kita langsung berhubungan
dengan suatu dunia yang berada di luar, bersifat materiil, dan mandiri.
Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme
berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia
rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang
menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya
realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
Teori realisme mempunyai
pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan menurut relisme adalah gambaran
atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau
hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari yang
asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang
terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan
adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.
Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain
cara, ada hal-hal yang hanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri,
serta yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Contohnya, fakta
menunjukkan, suatu meja tetap sebagaimana adanya, kendati tidak ada orang di
dalam ruangan itu yang menangkapnya. Jadi meja itu tidak tergantung kepada
gagasan kita mengenainya, tetapi tergantung pada meja tersebut.
D.DAFTAR PUSTAKA
1. Salam,Burhanuddin.2002.Pengantar
Pedagogik.Jakarta:Rineka Cipta.
2. Hardjana A.
Mangun, 1997 Isme-Isme dalam Etika A-Z.Yogyakarta:Kanisius.
3. Geisler Norman L dan Paul D.2002.einberg.Filsafat Dari Perspektif Kristiani.Malang: Gandum Mas.
4. Rand, Ayn.2003.Pengantar Epistemologi Objektif.Yogyakarta:
Bentang Budaya.
5.Barnadib,Imam.2002 Filsafat
Pendidikan.Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
6. Bakhtiar,Amsal.2004.Filsafat
Ilmu.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
7.
Hasta.Apa Itu yang Dinamakan Ilmu Filsafat.Jakarta:Mitra.
8.
Poedjawijadna.Pembimbing Kearah Filsafat.Jakarta:Rineka Cipta.
9.
Http//www.aliran filsafat pendidikan realisme.com