Pages

Monday, September 22, 2014

EPISTIMOLOGI REALISME TENTANG PENDIDIKAN


A. PENDAHULUAN
Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif.

Dalam sejarah filsafat pendidikan telah melahirkan  berbagai pandangan atau aliran. Salah satu aliran pendidikan tersebut adalah aliran “realisme”.Realisme sekarang ini menerima dunia kesungguhan di luar kesadaran. Realitas yang diberikan tidak melalui pengetahuan langsung melainkan yang adanya diketahui dari pengalaman.

Dalam kegiatan pendidikan akan muncul masalah yang lebih luas, kompleks, dan mendalam serta tidak terbatas oleh pengalaman indrawi maupun fakta-fakta sehingga tidak dapat dijangkau oleh ilmu pendidikan Masalah-masalah tersebut antara lain adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup manusia. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan suatu fakta, namun pembahasannya tidak dapat dikaji hanya dengan menggunakan pendekatan sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam melalui filsafat.

B.PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN REALISME
Istilah realisme berasal dari Bahasa Latin ”realis” yang berarti ”sungguh-sungguh, nyata benar”. Realisme adalah filsafat yang menganggap bahwa terdapat satu dunia eksternal nyata yang dapat dikenali. Karena itu, realisme berpandangan bahwa objek persepsi indrawi dan pengertian sungguh-sungguh ada, terlepas dari indra dan budi yang menangkapnya karena objek itu memang dapat diselidiki, dianalisis, dipelajari lewat ilmu, dan ditemukan hakikatnya lewat ilmu filsafat
Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada benda-benda atau dia melihat terpengeruh oleh keadaan sekelilingnnya. Namun, mereka paham ada benda yang dianggap mempunyai wujud tersendiri, ada benda yang tetap kendati diamati[1].
Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada yang ditangkap pancaindra dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada.
Contohnya:
1.      Batu yang tersandung di jalan yang baru dialami memang ada.
2.      Bunga mawar yang bau harumnya merangsang hidung sungguh-sungguh nyata ada bertengger pada ranting pohonnya di taman bunga.
3.      Kucing yang dilihat mencuri lauk di atas meja makan betul-betul ada dan hidup dalam rumah keluarga itu.

2.Filsafat Pendidikan Realism

Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realism berbeda dengan materialisme dan idealism yang bersifat monistis. Realism berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri dari dunia fisik dan rohani. Realism membagi relitas menjadi dua bagian,yaitu subjek yang menyadari realita di luar manusia,yang dapat di jadikan objek pengetahuan manusia.
Realism merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Klener membagi realism menjadi dua (2) bentuk, yaitu {1}realism rasional dan {2}realism naturalis.
1)      Realism rasional
Realism rasional dapat di definisikan pada dua aliran yaitu {1}.realisme klasik{2}realism regilius. Bentuk utama realism religious ialah ‘’scholastisisme’’. Realism klasik ialah filsafat yunani yang pertama dikembangkan oleh Aristoteles, sedangkan realism religious, terutama scholastisisme oleh Thomas aquina, dengan menggunakan filsafat aristoteles dalam membahas teologi greja. Thomas aquina menciptakan filsafat baru dalam agama Kristen, yang disebut tomisme,pada sa’at greja di kuasai oleh neoplatontisme,pada sa’at greja di kuasai oleh neoplatonisme yang dipelopori oleh Plotinus.
Realism klasik maupun relisme religious menyutujui bahwa dunia materi adalah nyata, dan berada di luar pikiran (ide) yang mengamatinya. Tetapi sebalikny,tomisme  berpandangan bahwa materi dan jiwa diciptakan oleh tuhan, dan tuhan lebih penting daripada materi karena tuhan adalah materi yang sempurna. Tomisme juga mengungkapkan bahwa manusia merupakan suatu paduan/kesatuan materi dan rohani, dimana badan dan roh menjadi satu. Manusia bebas dan bertanggung jawab untuk bertindak, namun manusia juga abadi lahir ke dunia untuk mencintai dan mengasihi pencipta karena itu nmanusia mencari kebahagia’an abadi.
3.Sejarah Realisme

Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh yang  bersifat
 dualistis yaitu hal fisik dan rohani, dalam pendidikan ada subjekyang mengetahui tentang manusia dan alam. Kajian yang mendalam mengenai realisme ini lebih cenderung kepada politik, namun beberapa subjek membahas mengenai pendidikan.
Realisme pendidikan dipelopori oleh beberapa orang filosuf diantaranya David Hume, John Stuart Mill.
 Mereka membagi aliran ini menjadi tiga  bagian yaitu:
1.      Materialisme: prinsip filsafat yang berhubungan dengan materi.
2.      idealisme   : prinsip filsafat yang berhubungan dengan ruh.
3.      realisme     :prinsip filsafat yang memadukan aliran materialisme dengan idealisme.

Di samping realisme pendidikan, realisme membagi subjek pengetahunannya diantaranya realisme sebagai gerakan kebudayaan dan realisme dalam seni rupa.
4.Bentuk-Bentuk Realisme
1). Realisme Ekstrem Atau Primitif
         Realisme ekstrem, yang berpendapat bahwa abstraksi itu ada sebagai entitas riil dalam dimensi lain realitas dan bahwa konkret yang kita persepsi hanyalah merupakan cerminan yang tidak sempurna, namun konkret tersebut menyebabkan timbulnya abstraksi dalam pikiran kita.
Mazhab realisme ekstrem, pada hakikatnya, berusaha untuk memelihara keunggulan eksistensi (realitas) dengan melepaskan kesadaran yaitu dengan memasukan konsep ke dalam yang ada konkret dan mereduksi kesadaran pada tingkat perseptual, yaitu pada fungsi otomatis pemahaman persep (dengan sarana adikodrati, karena persep seperti itu tidak ada).
Kelemahan realisme ekstrem adalah ada pengalaman universal kekeliruan menilai persepsi; tidak ada penjelasan mengenai objek khayalan/halusinasi; semua persepsi tergantung konteks visual.
2). Realisme Akal Sehat
Pada awalnya, realisme akal sehat tampaknya memperlunak masalah-masalah realisme ekstrem, tetapi menghindari kepalsuan yang segera dirasakan orang dengan adanya dualisme dan idealisme. Realisme akal sehat sepakat dengan realisme ekstrem atau primitif bahwa obyek-obyek fisik tidak bergantung pada pikiran atau berada di luar pikiran, walaupun obyek-obyek itu secara langsung dan seketika dapat diobservasi oleh pikiran. Hal yang membedakan dua pandangan ini adalah pemahaman realisme akal sehat tentang obyek yang tidak nyata, yang khayalan atau yang merupakan halusinasi. Persepsi semacam ini bersifat subyektif, dan obyek-obyeknya seluruhnya terdapat di dalam pikiran.
Realisme akal sehat memiliki kelebihan dalam mengatasi kritik kedua yang diajukan terhadap realisme ekstrem atau primitif. Menurut realisme akal sehat, obyek yang khalayan tidak berdiri sendiri dan berada di luar pikiran, tetapi dalam beberapa hal merupakan produk pikiran.
5.Konsep-Konsep Pendidikan Realisme
Berdasarkan aliran realisme, maka tujuan pendidikan akan dirumusakan sebagai upaya pengembangan potensi-potensi yang ada dan dimiliki oleh peserta didik untuk menjadi seoptimal mungkin. Menurut Realisme, yang dimaksud dengan hakikat kenyataan itu berada pada ”hal” atau ”benda”. Jadi, bukan sesuatu yang terlepas atau dilepaskan dari pemiliknya. Oleh karena itu, wajar bila yang menjadi perhatian pertama dalam pendidikan adalah apa yang ada pada peserta didik[2].

1)      Tujuan Pendidikan
Tujuan-tujuan pendidikan dalam aliran realisme adalah dapat menyesuaikan diri secara tapat dalam hidup dan dapat melaksanakan tang jawab sosial.

2)   Prinsip-Prinsip Pendidikan Realisme
1. Belajar pada dasarnya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya.
2. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak.
3. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek mater yang telah ditentukan. Kurikulum diorganisasikan dan direncanakan dengan pasti oleh guru. Secara luas lingkungan materiil dan sosial, manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup.

3)      Isi Pendidikan atau Kurikulum
a.Kurikulum komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna bagi penyesuaian diri dalam idup dan tanggung jawab sosial.
b.Kurikulum berisi unsure-unsur pendidikan liberal/pendidikan umum untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan pendidikan praktis untuk kepentingan bekerja.
c.Semua kegiatan belajar berdasarkan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung.
d.Metode mengajar hendaknya bersifat logis, bertahap atau berurutan.
e.Pembiasaan merupakan sebuah metode pokok yang dipergunakan baik oleh kalangan penganut realisme maupun behaviorisme.

4)      Peranan  Peserta Didik dan Pendidik
a. Dalam hubungannya dengan pengajaran, peranan peserta didik adalah penguasaan pengetahuan adalah yang dapat berubah-ubah.
b.Dalam hubungannya dengan disiplin, tata cara  yang baik sangat penting adalam belajar. Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebajikan.
c. Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, keterampilan teknik-teknik pendidikan dengan kewenagan  untuk mencapai hasil pendidikan yang dibebankan padanya.

6.Filosof-Filosof Filsafat Pendidikan Realisme
Adapun filosof-filosof filsafat pendidikan realisme  adalah:
1.      Aristoteles
2.      Johan Amos Comenius
3.      Wiliam Mc Gucken
4.      Francis Bacon
5.      John Locke
6.      Galileo
7.      David Hume
8.      John Stuart Mill.
7.Kesesuaian Filsafat Pendidikan Realisme Dengan Pendidikan Nasional Dan Regional Di Indonesia.
            Seperti halnya tujuan pendidikan dalam konsep realisme yaitu dapat menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup dan melaksanakan tanggung jawab sosial, sama halnya dengan salah satu tujuan pendidikan nasional di Indonesia  yang menuntut objek pendidikan berfungsi sosial dalam masyarakat.
Filsafat pendidikan realisme juga memberikan arahan dalam pengembangan kemampuan berfikir, dan pendidikan praktis untuk kepentingan kerja. Namun pendidikan nasional yang menuntut keseimbangan antara teori dan praktik pembelajaran tidak hanya membutuhkan pengalaman semata dalam kegiatan belajar. Jadi tidak semua konse-konsep pendidikan filsafat realisme dapat diaktualisasikan dalam pendidikan nasional.
            Selanjutnya, dilihat dari  perkembangan pendidikan regional di Indonesia, konsep pendidikan filsafat realisme mempunyai kesesuaian yang dapat  menjadi acuan untuk kegiatan pendidikan seperti kurikulum yang bisa disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing dengan penambahan materi pembelajaran seperti muatan lokal, yang berkaitan dengan metode pendidikan pembiasaan pada aliran realisme.

C. PENUTUP

Realisme menetapkan bahwa kita langsung berhubungan dengan suatu dunia yang berada di luar, bersifat materiil, dan mandiri. Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
Teori realisme mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan menurut relisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah kopi dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.
Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang hanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, serta yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Contohnya, fakta menunjukkan, suatu meja tetap sebagaimana adanya, kendati tidak ada orang di dalam ruangan itu yang menangkapnya. Jadi meja itu tidak tergantung kepada gagasan kita mengenainya, tetapi tergantung pada meja tersebut.
 
D.DAFTAR PUSTAKA

1. Salam,Burhanuddin.2002.Pengantar Pedagogik.Jakarta:Rineka Cipta.
2. Hardjana A. Mangun, 1997 Isme-Isme dalam Etika A-Z.Yogyakarta:Kanisius.
3. Geisler Norman L dan Paul D.2002.einberg.Filsafat Dari Perspektif Kristiani.Malang:       Gandum Mas.
4. Rand, Ayn.2003.Pengantar Epistemologi Objektif.Yogyakarta: Bentang Budaya.
5.Barnadib,Imam.2002 Filsafat Pendidikan.Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
6. Bakhtiar,Amsal.2004.Filsafat Ilmu.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
7. Hasta.Apa Itu yang Dinamakan Ilmu Filsafat.Jakarta:Mitra.
8. Poedjawijadna.Pembimbing Kearah Filsafat.Jakarta:Rineka Cipta.
9. Http//www.aliran filsafat pendidikan realisme.com


[1]Prof.Dr.Amsal Bakhtiar,Filsafat Ilmu,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2004),hal:94
[2] Prof. Imam Barnadib, M.A., Ph.D., Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 2002), hal. 15

TAKHRIJ HADITS TENTANG PERBUATAN YANG DI CINTAI ALLAH




A. Takhrij Hadits Tentang Perbuatan Yang Di Cintai Allah
Dalam khutbah jumat yang telah di bacakan suatu rujukan hukum yang berupa hadits Nabi Muhammad SAW. Yang berbunyi
 أي العمل أحب إلى الله قال الصلاة على وقتها قال ثم أي قال ثم بر الوالدين قال ثم أي قال الجهاد
في سبيل الله
 setelah kami lacak ternyata hadis tersebut terdapat pada salah satu hadits soheh bukhari yaitu pada hadits no 446:
حدثنا أبو الوليد هشام بن عبد الملك قال حدثنا شعبة قال الوليد بن العيزار أخبرني قال سمعت أبا عمرو الشيباني يقول حدثنا صاحب هذه الدار وأشار إلى دار عبد الله قال سألت النبي  صلى الله عليه وسلم  ثم أي العمل أحب إلى الله قال الصلاة على وقتها قال ثم أي قال ثم بر الوالدين قال ثم أي قال الجهاد في سبيل الله قال حدثني بهن ولو استزدته لزادني

1.      Pelacakan sumber Hadits
Selain dari hadis Imam Bukhari, kami juga menemukan hadits-hadits yang semakna dengan hadits di atas. kami menemukan 16 matan buah matan hadits yaitu:

NO
REFRENSI
HADITS
JUMLAH




01
Shahîh Muslim
120-121-122-123
4
02
Sunan al-Tirmidzi
158-1820
2
03
Sunan al-Nasai
606-607
2
04
Musnad Ahmad
3695-3776-3798-3971-4003-4022-4060-4086
8

صحيح مسلم
120 حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ الشَّيْبَانِيِّ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ الْعَيْزَارِ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِيَاسٍ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ [1]الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ لِوَقْتِهَا قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمَا تَرَكْتُ أَسْتَزِيدُهُ إِلَّا إِرْعَاءً عَلَيْهِ
121 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ الْفَزَارِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو يَعْفُورٍ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ الْعَيْزَارِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَيُّ [2]الْأَعْمَالِ أَقْرَبُ إِلَى الْجَنَّةِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى مَوَاقِيتِهَا قُلْتُ وَمَاذَا يَا نَبِيَّ اللَّهِ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ وَمَاذَا يَا نَبِيَّ اللَّهِ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
122 و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ الْعَيْزَارِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ قَالَ حَدَّثَنِي صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ وَأَشَارَ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [3]أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ وَزَادَ وَأَشَارَ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ وَمَا سَمَّاهُ لَنَا
123 حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ [4]أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ أَوْ الْعَمَلِ الصَّلَاةُ لِوَقْتِهَا وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ
سنن الترمذي
1820 حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ الْمَسْعُودِيِّ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ الْعَيْزَارِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ [5]أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ لِمِيقَاتِهَا قُلْتُ ثُمَّ مَاذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ مَاذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ سَكَتَ عَنِّي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي قَالَ أَبُو عِيسَى وَأَبُو عَمْرٍو الشَّيْبَانِيُّ اسْمُهُ سَعْدُ بْنُ إِيَاسٍ وَهُوَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ رَوَاهُ الشَّيْبَانِيُّ وَشُعْبَةُ وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ الْعَيْزَارِ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ
158 حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْفَزَارِيُّ عَنْ أَبِي يَعْفُورٍ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ الْعَيْزَارِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِابْنِ مَسْعُودٍ [6]أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ سَأَلْتُ عَنْهُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ الصَّلَاةُ عَلَى مَوَاقِيتِهَا قُلْتُ وَمَاذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ وَمَاذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَالْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَوَى الْمَسْعُودِيُّ وَشُعْبَةُ وَسُلَيْمَانُ هُوَ أَبُو إِسْحَقَ الشَّيْبَانِيُّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ الْعَيْزَارِ هَذَا الْحَدِيثَ
سنن النسائ
607 أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ النَّخَعِيُّ سَمِعَهُ مِنْ أَبِي عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [7]أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ إِقَامُ الصَّلَاةِ لِوَقْتِهَا
606 أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي الْوَلِيدُ بْنُ الْعَيْزَارِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ يَقُولُ حَدَّثَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ وَأَشَارَ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [8]أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ وَالْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
مسند أحمد
3695 حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَخْبَرَنِي الْوَلِيدُ بْنُ الْعَيْزَارِ بْنِ حُرَيْثٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ قَالَ حَدَّثَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ وَأَشَارَ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ وَلَمْ يُسَمِّهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ [9]أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ فَحَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
3776 حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ وَحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ وَأَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [10]أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ فَقَالَ الصَّلَاةُ لِوَقْتِهَا وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ وَالْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَوْ اسْتَزَدْتُ لَزَادَنِي قَالَ حُسَيْنٌ اسْتَزَدْتُهُ
3798 حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ الْهَمْدَانِيُّ عَنْ أَبِي الْأَحْوَصِ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أ[11]َيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ صَلِّ الصَّلَاةَ لِمَوَاقِيتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
3971 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ وَحَجَّاجٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ الْعَيْزَارِ قَالَ حَجَّاجٌ سَمِعْتُ أَبَا عَمْرٍو الشَّيْبَانِيَّ وَقَالَ مُحَمَّدٌ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ قَالَ حَدَّثَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللَّهِ وَمَا سَمَّاهُ لَنَا قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [12]أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ الْحَجَّاجُ لِوَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
4003 حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنِي أَبُو عَمْرٍو الشَّيْبَانِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ يَعْنِي ابْنَ مَسْعُودٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ [13]أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ لِوَقْتِهَا
4022 حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ [14]أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ لِوَقْتِهَا قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
4060 حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ [15]أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَوَاتُ لِوَقْتِهَا وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ وَالْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
4086 حَدَّثَنَا يَزِيدُ وَأَبُو النَّضْرِ قَالَا حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ الْعَيْزَارِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ [16]أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ لِمِيقَاتِهَا قَالَ قُلْتُ ثُمَّ مَاذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ مَاذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ فَسَكَتُّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَزَادَنِي
2.      Skema Sanad
Dalam skema sanad ini kami akan menampilkkan seluruh sanad yang telah di sebutkan di atas. Skema di bawah ini di jelaskan pula peringkat perwi dan tanggal wafatnya
3.      Kritik Sanad
Dengan adanya jumlah 18 Sanad di atas maka kami akan mentakhrij salah satu dari jumlah18 sanad tersebut, dan kami mengambil hadits yang di riwayatkan oleh al-Bukhari, baik terkait biografi,Guru,Murid dan kwalitas masing-masing perawi.
a.       Al-Bukhari
Nama lengkapnya adalah;Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin mughirah Al-Bukhari, beliau di kenal dengan panggilan al-Bukari karena penisbatan pada tanah kelahirannya yaitu daerah al-Bukhoro.
Beliau lahir di tanah al-bukhara dan tidak terdapat keterangan secara pasti tahun berapa beliau di lahirkan, namun dalam keterangan Al-Maktab al-ASsamilah ; “beliau lahir tahun 194 H  dan meninggal tahun 256 H./810 M.-870 M.
Guru-guru beliau di antaranya adalah:
Ø  Abu Asom An-Nabil
Ø  Maki bin Ibrahim.
Ø  Muhammad bin isa ibnu at-Taba’
Ø  Hisam bin Abdul Malik
Ø  Muhammad bin Salam Al-Baikindi
Murid-murid beliau di antaranya:
Ø  Abu Al-Husain bin Al-hajaj An-Naisaburi
Ø  Abu Isa Muhammad bin Isa At-Tirmidzi
Ø  Soleh bin Muhammad
Ø  Abu bakar Muhammad bin Ishak bin Khuzaimah
Sedangkan komentar Ulama terhadap Al-Bukhari sebagaimana table di bawah ini
NO
NAMA PENGRITIK
ISI KOMENTAR
01
Abdu bin Usman  al-Mawardi
Saya tidak pernah melihat sesuatu yang subhat dari Al-Bukhari
02
Khutaibah bin Sa’id
Saya pernah duduk dengan ahli fikih, ahli ibadah dan ahli zuhud namun saya belum pernah melihat akal yang menyamainya
03
Ahmad bin Hanbal
Tidak ada lagi dari tanah kharasan orang seperti al-Bukhari
04
Abu Bakar bin Abi Syaibah Wabnu An-Numair
Saya tidak pernah melihat orang yang menyamainya
05
Al-Darimi
Di lebih mengetahui dari padaku
06
Muhammad bin Basar
Di dalam kota Basrah tidak ada orang yang alim hadis yang melebihinya
07
Ibrahim bin Muhammad bin Salam
Dia adalah kepala para ahli hadits
08
Kesimpulan
………………..

b.      Abul Walid
Nama lengkapnya adalah; Hisyam bin abdul Malik,ia hidup di Basrah dan wafat di basrah tahun 227 H.
Gurunya 41, di antaranya adalah :
Ø  Ibrahim bin Sa’id bin Abdurrahman bin auf
Ø  Iskhaq bin usman
Ø  Syu’bah bin hajjaj bin warid
            Muridnya 23, di antaranya adalah :
Ø  Ishak bin Ibrahim Mukhallad
Ø  Zuhair bin Harob bin syadad
Ø  Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin mughirah
Komentar Ulama terhadap Abul Walid sebagaimana table di bawah ini:
NO
NAMA PENGRITIK
ISI KOMENTAR
01
Ahmad bin Hanbal
Beliau adalah Syaikhul Islam
02
Ahmad bin Sana’
Beliau adalah pemimpin Ahli hadits
03
Abu Hatim Ar-Razi
Tsiqah hifdzi
04
Muhammad bin Sa’ad
Tsiqah
05
Al-Ijli
Tsiqah
06
Ibnu Hibban
Tsiqah
07
Kesimpulan
Tsiqatu tsabti

c.       Syu’bah
Nama lengkapnya adalah; Syu’bah bin Hajaj bin warad,beliau tinggal di basrah dan juga wafat di basrah pada tahun;160 H.
Gurunya 326, diantaranya adalah
Ø  Ibnu bin Taghlab
Ø  Ibrahim bin Amir bin Mas’ud
Ø  Al-walid bin Uzair
Muridnya 129, diantara adalah
Ø  Adam bin abi ias
Ø  Hisam bin Abdul malik
Ø  Ibrahim bin Mukhtar
Komentar ulama terhadap syu’bah
NO
NAMA PENGRITIK
ISI KOMENTAR
01
Sufyan as-Sauri
Sebagai amirul di dalam hadits
02
Yahya bin Said al-Qathan
Sya tidak pernah melihat hadits yang lebih baik darinya.
03
Ahmad bin Hanbal
Ummatu al-Wahdah fi hazda sya’ni
04
Abu dawud as-Sijistani
Tidak terdapat di muka bumi ini yang melebihi hadisnya
05
Al-Ijli
Tsiqah
06
Muhammad bin Sa’ad
Tsiqah Ma’munin tsabata Hujjah
07
Kesimpulan
Tsiqah hifdzi mutqinin



d.      Al-Wlid bin Aizar
Nama lengkapnya ; Al-Walid bin Aziz bin Haris, tempat tinggalnya di Kuffah
Gurunya 2 yaitu;
Ø  Khudzaifah ibnu Al-Yamani,
Ø  Said bin Ias
Muridnya 6, di antaranya adalah;
Ø  Sulaiman bin Aizar
Ø  Syu’bah bin hajjaj
Ø  Yunus bin abi iskhaq
Komentar ulama terhadap Al-Walid bin Aizar
NO
NAMA PENGRITIK
ISI KOMENTAR
01
Yahya bin Main
Tsiqah
02
Muhammad bin Said
Tsiqah
03
Al-ijli
Tsiqah
04
Ibnu Hibban
Tsiqah
05
Kesimpilan
Tsiqah

e.       Aba Amrin As-Syaibani
Nama lengkapnya adalah; s’ad bin Ias dia hidup di kuffah dan meninggal pada tahun 96 H.
Gurunya ada 7 dan di antara adalah;
Ø  jablah bin Harsah.
Ø  khudzaifah bin Yaman
Ø  Abdillah bin Mas’ud
Muridnya ada 11 dan di antaranya adalah;
Ø  Ismail bin Abi Khalad.
Ø  Al-Walid bin Aizar bin harits
Ø  Al-haris bin sahil bin auf
Komentar ulama terhadap Aba Amrin As-Syaibani, sebagaimana table di bawah ini:
NO
NAMA PENGKRITIK
ISI KOMENTAR
01
Yahya bin Main
Tsiqah
02
Muhammad bin Sai’d
Tsiqah
03
Al-ijli
Tsiqah
04
Ya’Qub bin Sufyan
La ba’sa bihi
05
Abu al-Qasim
Sepakat atas tsiqahnya
06
Adzihabi
Tsiqah
07
Kesimpulan
Tsiqah

f.       Abdillah .
Nama lengkapnya adalah; Abdullah bin Mas’ud bin Ghofal bin Habib, ia hidup di kuffah, dan meninggal di madinah pada tahun 32H.
Gurunya ada 5 di antaranya:
Ø  Abdullah bin Usman
Ø  Aly bin Aby Thalib
Ø  Umar bin Alkhatab
Ø  Umar bin haisan bin qattan
Ø  Yazid bin Harun
Karena beliau seorang shahabat, maka secara otomatis oleh para pengkritik di masukan sebagai adil dan Tsiqah
4.      Status Hadits
Berdasarkan informasi baik yang ada pada skema sanad dan kritik sanad, maka kami berkesimpulan  bahwa kualitas hadits di atas adalah Shahih Lidzatihi
5.      Pemahaman Hadits
Hadits yang mulia ini menunjukkan beberapa amalan yang dicintai oleh Allah yaitu sholat pada waktunya, berbakti kepada orang tua, dan jihad dijalan Allah
Hadits ini juga mendorong  untuk mengerjakan sholat pada waktunya. Imam An Nawawi menyebutkan, “Mungkin disimpulkan darinya; disukainya mengerjakan di awal waktu, karena itu lebih berhati-hati dalam menjaganya dan menyegerakannya”. bahkan bagi yang kaum pria yang diwajibkan menghadiri sholat berjama’ah di masjid memang harus mengerjakannya diawal waktu. Karena sholat berjama’ah di masjid dilakukan di awal waktu. Hadits ini juga menegaskan bahwasanya sholat adalah ibadah badaniyah yang paling afdhol setelah syahadatain
Hadits diatas menyebutkan beberapa amalan yang dicintai Allah Ta’ala, ini menandakan bahwa mengerjakan perintah Allah adalah syarat untuk mendapatkan cinta Allah Ta’ala.








[1] Muslim ibn al-Hajjâj abû al-Husain al-Qusyairi al-Naisâburi, Shahîh Muslim (Bairût:  Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-`Arabbiy, t.t., 5 Jilid, Ditahqîq oleh Muhammad Fu’âd `Abd al-Bâqi), jilid 1, hlm. 233
[2] Ibid., hlm 234
[3] Ibid., hlm 235
[4] bid., hlm 236
[5] Muhammad ibn `Îsa abû Mûsa al-Tirmidzi al-Salmi, al-Jâmi’ al-Shahîh Sunan al-Tirmidzi (Bairût:  Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-`Arabbiy, t.t., 5 Jilid, Ditahqîq oleh Ahmad Muhammad Syâkir dkk.), jilid 7, hlm. 120
[6] bid., hlm 289
[7] Ahhmad syuaib Abdurrahman an-Nasai’, Sunan an-Nasai almujtabi’ (Halbun, maktabah al-matbu’ah al-islamiyah 1406/1986, Edisi ke-2, 8 Jilid, Ditahqîq oleh abdul fatah abul guddat), Jilid2, hlm. 463. 
[8] bid., hlm 462
[9] Ahmad ibn Hanbal abû `Abdullah al-Syaibâni, Musnad al-Imâm Ahmad ibn Hanbal (Mesir: Muassasat al-Qurthubah, t.t., 6 Jilid),  Jilid 1 , hlm. 378.
[10] Ibid., hlm 397
[11] Ibid., hlm 400
[12] Ibid., hlm 418
[13] Ibid., hlm 422
[14] Ibid., hlm 423
[15] Ibid., hlm 427
[16] Ibid., hlm 429